ketika tahun 1974, Putusan menggelar Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD) ke-5 di Jakarta sudah bulat. Pemerintah Suharto merestui kendati umat Islam mengecam keras.
Sidang DGD, tulis intelektual Muslim H.M.Rasjidi, memuat agenda pemurtadan bahkan kolonialisme.
Tokoh umat sudah angkat suara. Umat pun bergerak. Sayang, pemerintah bergeming. Sidang tinggal menghitung hari. Hari-hari yang menggelisahkan *Seorang Pemuda Surabaya, Hasyim Yahya .
Dari kotanya ia menuju Jakarta, Juli 1974. Berbekal tekad bulat dan keberanian serta kecerdikan, Hasyim datangi rumah pengurus DGD. Entah bagaimana caranya, melalui samaran ia berhasil lolos dari penjagaan aparat. Didapatinya seorang bule. Tentu saja pemuka agama. Kelak diketahui namanya Eric Constable dari gereja Anglikan Australia.
Eric yang ditemui Hasyim dalam waktu sekelebatan ditikam. Nyawanya meregang. Tewasnya sang pendeta Eric berdampak amat besar. Pihak DGD segera alihkan lokasi sidang raya dari Jakarta ke Nairobi, Kenya.
Dan di hari ini jutaan umat Islam telah turun ke jalan mengecam penistaan agama dari penguasa Jakarta. Aparat hukum sama sekali tak tergerak dan lambat. Media besar pun bungkam. Padahal, agenda lain umat amat banyak. Urusan menghadapi penguasa yang keterlaluan pongah dilawan dengan energi besar umat. Demo besar umat apakah mampu bikin gentar penguasa dan cukong di belakangnya.
Tidak diharapkan situasi bandel mirip masa Hasyim Yahya terpancing panas jiwa mudanya. Dan semodel Hasyim Yahya lakukan peran sendiri. Tidak akan merepotkan banyak ribuan saudaranya.
Kali ini, Satu penguasa zalim berikut jejeran cukong licik bisa jadi tak kan mempan dengan demo damai, jangan sampai umat terpancing anarkis. semoga penguasa mendengar, agar jangan sampai kejadian ala Jason Bourne nyata macam Hasyim Yahya terjadi lagi? Karena umat Islam merasa dibuntukan aspirasinya…
Disadur sebagian dari Kelompok kajian #ojoNESU
No comments:
Post a Comment